Beberapa bulan setelah kejadian itu, tibalah ujian semester yang sedikit menggelak kan jiwa aku, bayangkan aja, nilai dari beberapa nilai mata pelajaran IPA, dan tugas2 yang menyangkut dengan ilmu pengetahuan alam, hanya fisika yang bisa dibanggakan. Yang lainnya,.. “semoga allah selalu memperbaiki nilaiku”. Bisa dibilang ini ujian semester pertama aku di SMA, dan gak mau punya hasil yang memalukan pastinya, minimal juara kelas aja, minimal peringkat 3 aja di kelas, kyaknya uda cukup.
Hari pertama ujian pun tiba, anak kelas X bergabung dengan anak kela XI, karena menghindari kecurangan, meskipun gitu, seminggu ujian berlangsung seminggu itu pulak senior yang duduk disamping aku membuka buku dan catatan kecilnya, bagai kan detektif yang ngumpulkan data, secepat kilat mencatat, dan pada akhirnya dia berteriak “yah, aku menang, dengan semua contekan ku”, dia melihat kearah ku dan berkata “ ini ujian terakhir, setelah ini solat tobat !!”
Yah, dari kejadian itu, aku sampai sekarang paling anti ngeliat buku catatan waktu ujian, bukannya sombong atau apa, percuma kan tiap hari kesekolah, gak pernah absen, kecuali sakit, dan kecuali ada hal yang penting, tugas selalu di kerjakan, gak pernah ketinggalan mata pelajaran, nah pas diuji kok masih aja ngeliat buku? Cuma pertanyaan itu yang selalu menghantui pikiranku.
“ mas, mas, bangun solat subuh “ emak menggoyang badan aku, biasa lah, aku slalu dibangunkan klu pagi, padahal bisa bangun sendiri, tpi emak tetap aja bangunin aku klu uda pukul 05.30 wib, gak pernah lewat. Pagi itu aku menatap dunia seperti ada keajaiban yang datang, yak ini pekan olah raga pelajar sekolah, gak ada belajar, gak ada guru, dan gak ada tugas, kegiatan yang dilakukan menjelang menerima rapot. Mulai dari voly, bola kaki, badminton, takraw, dan satu olah raga tradisional tpi aku lupa namanya. Klu di olah raga voly, yg selalu jadi juara pasti jurusan IPS, dan bola kaki bisa dibilang IPA unggul, dalam urusan takraw, kedua jurusan seimbang, trus kami yang kelas X? yah maklumlah namanya masih kelas X, masi anak bawang, maklum aja klu sering kalah.
Waktunya penerimaan rapotpun tiba, target aku sih gak jauh2 sampai juara umum, cukup juara kelas aja karena baru awal, lagian klu menang diawal klah di akhir kesannya gak enak juga. Sampai disekolah , bel belum bunyi, jdi ada kesempatan untuk duduk sebentar di kelas, ngelamun ngalur ngidul, tiba2 sesosok manusia yang sedikit manis melintas didepan pintu kelas aku, ya ya ya, yaitu yg sekarang uda menjadi sang mantan~ bersama pacar barunya… #jleb. Tradisi disini, klu bagi rapot siswanya sendiri yang ngambil bukan orang tua, nah klu siswanya ada yang bermasalah baru lah orang tuanya yang ngambil tentunya dengan suguhan-suguhan kecil dari guru-guru.
Tepat pukul 10.00 WIB, semua murid dikumpulkan dilapangan, berbaris menurut kelas mereka, disini uda pasti kita bisa berbaur dengan kelas lain, maklum aja gak ada pembatas, jdi yang punya pacar dikelas lain tinggal pindah barisan aja, gak bakal di absen, pling waktu ngasih rapot baru di absen. Bisa ngebayangin klu lagi bagi rapotkan? Suasana tegang dan berharap nama kita yang di panggil kedepan. Bisa kan ngebayangin? Bisa kan? Bisa nggak?
Satu persatu nama dipanggil kedepan. Kali ini masi juara kelas, semua yang dipanggil uda pasti juara kelas, mau juara satu, dua atau pun tiga, yup kini giliran kelas aku, kelas X-4,gak terlalu berharap dapat juara satu, sedikit berharap pada juara ke dua, dan target aku emang juara tiga. Tiba2 ada suara yang manggil nama aku, aku coba mendengarkan, “ sekali lagi, yg juara 3 akto, juara dua fanry, juara satu deby”, ternyata benar itu nama aku, dengan sigap langsung aku masuk ke barisan para juara, hahahaha. Terbesit di benakku, kali ini si deby yang menjadi king of the class, runner-upnya aku, dan terbaiknya si akto, yah target aku terlampaui dan ini awal yang indah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar